Minggu, 10 Juli 2011

SEJARAH BEKAM DAN ASAL MUASAL

SEJARAH BEKAM DAN ASAL MUASAL


SEJARAH BEKAM DAN ASAL MUASAL

         Istilah bekam berasal dari bahasa melayu (yang diadaptasi juga dalam Bahasa Indonesia), yang berarti melepas (membuang) darah kotor (toksin) dan / atau angin dari badan.

         Dari  Ibnu Umar, r.a  bahwa  Rasulullah  SAW  bersabda:

       ”Tidaklah aku melalui satu dari langit-langit yang ada melainkan para Malaikat mengatakan, ”Hai Muhammad, perintahkan umatmu untuk berbekam, karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, al-kist (cendana india) dan syuniz (jintan hitam)”.

         Menggambarkan pentingnya bekam, ulama terkemuka dari Kairo, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi menyatakan, ”Kalau suatu negara kefakiman ahli bekam, niscaya kebinasaan mengancam, yang berarti pula mereka menyerahkan dirinya kepada kebinasaan. Padahal Tuhan yang menurunkan penyakit, Dia juga menurunkan obatnya dan Ia membimbing umat manusia untuk menggunakan obat tersebut”.

         Hal yang perlu dicermati, adalah bahwa Rasulullah SAW (dalam berbagai rekaman hadistnya) tidak pernah menanyakan balik tentang apa dan bagaimana melakukan bekam tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa bekam sudah merupakan jenis pengobatan yang lazim (tidak asing) pada masa itu. Menurut data sejarah, pada 1550 SM, masyarakat Mesir kuno sudah mengenal bekam. Demikian pula dengan Yunani Kuno (413 SM). Rasulullah SAW memberikan kesempurnaan pada bekam dengan menunjukkan titik-titik yang sangat efektif dan efisien untuk pengobatan, yang kemudian dikenal sebagai titik-titik hijamah.-

         Ahmad bin Muhammad meriwayatkan dari Abu Muhammad bin Khalid, dari Abdullah bin Bukair, dari Zurarah bin A’yan, dari Abu Ja’far al Baqir yang berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa bekam di bagian kepala akan menyembuhkan semua penyakit kecuali racun (yang dimaksud racun/as sam di sini adalah kematian)”.  Dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi SAW berbekam pada kepalanya yang sering pusing-pusing…. (HR. Bukhari). Di dalam hadits lain termuat: “Lakukanlah olehmu berbekam pada rongga kuduk, karena menyembuhkan tujuh puluh dua penyakit”. Segolongan dari mereka menganggapnya baik dan mengatakan bahwa hal itu bermanfaat terhadap penyembuhan masalah bola mata (konjungsi), kelebatan alis, dan kelebatan bulu mata, disamping bermanfaat pula terhadap kotoran kelopak mata. Sehingga tolok ukur utama hasil setelah berbekam adalah: mempertajam penglihatan (bahkan menormalkan bagi yang bermasalah mata), mencerdaskan otak dan membuat badan terasa ringan (karena peredaran darah lancar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar